Senin, 29 Februari 2016

Paper SPM - Pusat Laba



Kesulitan dengan Pusat Laba
a)      Manajemen kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah didelegasikan. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.
b)      Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik dari pada manajemen pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang.
c)      Terdapat kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan pertentangan antar pusat pertanggungjawaban. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum (common-cost) yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.
d)     Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatan laba untuk satu manajer dapat berarti mengurangi laba bagi manajer lain.
e)      Divisiolisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan kerena adanya tambahan manajemen, pegawai, dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba.
f)       Kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan. Para general manajer yang berkompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.
g)      Manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek. Mungkin ada banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang. Karena ingin melaporkan laba yang tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan penelitian dan pengembangan, program-program pelatihan, ataupun  perawatan
h)      Tidak ada system yang sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.

B. Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Batasan atas Wewenang Unit Bisnis
Dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan memiliki otonomi seperti presiden dari suatu perusahan independen. Meskipun demikian, dalam praktek sehari-hari, otonomi semacam ini tidak pernah ada. Wewenang yang diberikan oleh dewan direksi  kepada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung jawab sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis  mencerminkan trade-off antara otonomi unit bisnis dan batasan perusahaan. Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.

            Batasan dari Unit Bisnis lain
Pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas 3 jenis keputusan :
(1)   Keputusan produk (barang atau jasa apa saja yang harus dibuat dan di jual)
(2)   Keputusan pemasaran (bagaimana, dimana, dan berapa jumlah barang atau jasa yang akan di jual)
(3)   Keputusan perolehan (procurement) atau sourcing (bagaimana mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa)
Jika seorang manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja. Pada umumnya semakin terintegrasi suatu perusahaan maka akan semakin sulit melakukan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut dalam lini produk yang ada, yaitu akan lebih sulit jika keputusan produksi, sourcing, dan pemasaran untuk lini produk tunggal dipecah ke dalam dua unit bisnis atau lebih, sehingga memisahkan konstribusi tiap-tiap unit bisnis demi kesuksesan lini produk secara keseluruhan.
           


            Batasan dari Manajemen Korporat
Batasan-batasan yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokkan menjadi 3 bagian:
(1)     Batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategi. Misal : keuangan, aktivitas produksi dan pemasaran, kualitas produk.
(2)     Batasan yang timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan. Misal : kebijakan, etika, pemilihan pemasok, dan komputer.
(3)     Batasan yang timbul dari nilai ekonomis sentralisasi. Misal : masalah yang timbul akibat struktur desentralisasi.
Hampir semua perusahaan mempertahankan beberapa keputusan terutama keputusan financial, pada tingkat korporat, setidaknya untuk aktivitas domestic. Akibatnya, salah satu batasan utama atas unit bisnis berasal dari pengendalian korporat terhadap investasi baru. Unit bisnis yang ada harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan bagian dari dana yang tersedia.
Contoh : Pada pertengahan tahun 1990-an, Kinko’s Inc., perusahaan fotokopi 24 jam terbesar di Amerika Serikat, melakukan entralisasi atas operasinya. Perusahaan tersebut tadinya dibangun atas dasar persekutuan, dengan persyaratan bahwa setiap rekanan ikut memiliki dan mengoperasikan toko-toko Kinko’s di wilayah yang berbeda, dan etiap unit dalam perusahaan tersebut bertanggung jawab atas pembelian dan pendanaan masing-masing. Ketika pendanaan Kinko’s desentralisasi pada tahun 1996, perusahaan mengalami penurunan beban bunga sebesar $ 20 juta. Hal tersebut ternyata menghasilkan penghematan dari pelaksanaan sistem pembelian yang lebih efisien.
Pada umumnya perusahaan memberlakukan batasan pada unit-unit bisnis karena kebutuhan akan keseragaman. Satu batasan adalah bahwa unit bisnis harus menyesuaikan diri terhadap system pengendalian manajemen dan akuntansi perusahaan. Untuk penyeragaman dan untuk kebijakan personalia lainnya, kantor pusat juga harus mengeluarkan biaya. Ini sama seperti penyeragaman etika, pemilihan pemasok, computer dan peralatan komunikasi, dan bahkan desain kop surat dari unit bisnis.
Contoh : Schering-Plough Corporation pada tahun 1989 akhirnya menyelesaikan usahanya selama 7 tahun untuk melakukan instalasi sistem pengendalian dan akuntansi perusahaan  secara menyeluruh. Salah satu penyebab utama dari lamanya proses tersebut adalah adanya kesulitan yang dialami oleh unit-unit bisnis dalam mengimplementasikan sistem perusahaan yang dirancang khusus. Sebaliknya, General Electric Co. hanya membutuhkan sedikit informasi yang harus diserahkan ke kantor pusat dengan format tertentu, dan nestle company memperbolehkan unit-unit bisnis menyerahkan laporannya ke kantor pusat dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, atau Spanyol, karena para manajer seniornya dapat berbicara banyak bahasa.
C. Pusat Laba Lainnya
Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi sub unit yang ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisisr secara fungsional misal aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip-prinsip tertentu yang menyatakan bahwa unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara dan yang lainnya bukan.
1.      Unit-unit fungsional
Subunit yang ada dalam unit bisnis dapat saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih unit fungsional, misalnya aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa. Tidak ada prinsip-prisip tertentu yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara yang lainnya bukan. Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah berdasarkan besar pengaruhya (bahkan jika bukan pengendalian total) yang dilaksanaka oleh manajer unit terhadap aktivitas yang mempengaruhi laba bersih.
a.       Pemasaran
Pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan/pengeluaran yang optimal, dan praktik standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan probabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade-off yang dibuat.

b.      Manufaktur
Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, di mana manajemen dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standar dan anggaran overhead. Tetapi, ukuran ini dapat menimbulkan masalah karena ukuran tersebut tidak mengindikasikan sejauh mana kinerja manajemen atas seluruh aspek pekerjaannya. Oleh karena itu, di mana kinerja proses manufaktur diukur terhadap biaya standar, dianjurkan untuk membuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu, penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli. Salah satu cara untuk mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara keseluruhan adalah dengan menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai berdasarkankan untuk harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran.
c.       Unit pendukung dan pelayanan.
Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, tranportasi, teknik, konsultan, layananan konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dioperasikan kantor pusat dan divisi pelayanan perusahaan, atau dapat dipenuhi oleh unit bisnis itu sendiri. Unit bisnis tersebut membebankan biaya pelayanan yang diberikan, dengan tujuan finansial untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga pendapatan setara dengan pengeluaran. Perusahaan yang melakukan pembebanan “berdasarkan penggunaan” mungkin memperlakukan unit tersebut sebagai pusat laba.
2.      Organisasi lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah. Meskipun para manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau pembelian, profitabilitasnya kadangkala merupakan satu ukuran unit kinerja yang paling baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan satu alat motivasi yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar