Nama :
Maria Gabriela
NIM :
2013-012-459
Studi : Etika Bisnis Sie C
Kode Mata Kuliah : ECA 409
Tugas V : Menjawab Soal Akhir Bab
IX
1. Sebutkan
pengertian dari keputusan etis!
Jawab:
Keputusan
etis adalah penelusuran masalah etis yang berawal dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah hingga terbentuknya sebuah keputusan yang didasarkan
pertimbangan nilai – nilai etis.
Keputusan
etis berbeda dengan keputusan pada umumnya. Perbedaannya terletak pada esensi
dan nilai yang termuat di dalamnya. Konkretnya, esensi keputusan etis adalah
nilai – nilai moral. Ini berarti keputusan bisa disebut etis kalau yang menjadi
dasar keputusan adalah nilai – nilai etis. Guna membedakan mana keputusan etis
dan mana yang tidak mari kita lihat contoh berikut. Jika seseorang memutuskan
makan bakso dan tidak makan mie goreng, maka keputusan ini bukan keputusan
etis. Tetapi kalau yang bersangkutan menolak perintah atasan untuk membuat
laporan pemdapatan fiktif demi menghindari pembayaran pajak pada negara,
keputusan ini termasuk keputusan etis. Di sini penolakan karyawan terhadap
perintah atasan berkaitan dengan nilai etis, yakni kejujuran.
Karena
itu keputusan etis bukan pertama – tama masalah prosedur, melainkan masalah
esensial. Keputusan yang sesuai dengan prosedur tidak secara otomatis sudah
merupakan keputusan etis. Jurgen Habermas memang mengatakan prosedur perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan, akan tetapi dalam prosedur itu nilai
– nilai mendasar, yang diistilahkannya dengan rasionalitas, jauh lebih penting.
Artinya, keputusan etis membutuhkan pertimbangan yang matang.
Kendati
demikian keputusan etis tidak boleh mengabaikan prosedur. Sejauh prosedur itu
mengandung nilai etis, prosedur itu harus dilalui dalam pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, kualitas prosedur juga harus etis agar keputusan yang
dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Tetapi kalau prosedurnya
bertentangan dengan nilai – nilai moral, maka keputusan yang diambil justru
bermasalah secara etis. Jadi suatu keputusan dianggap etis, jika proses dan
hasilnya sesuai dengan standar etis.
2. Mana
sajakah unsur – unsur pengambilan keputusan etis?
Jawab:
Secara
umum, ada enam unsur keputusan, antara lain:
I.
Pengetahuan yang luas
tentang masalah
Dalam mengambil
keputusan, mengetahui masalah secara tepat adalah langkah awal. Pengetahuan
yang benar tentang masalah akan akan mempermudah seseorang untuk mengambil
keputusan. Pengenalan masalah menjadi dasar untuk menentukan keputusan apa yang
harus dilakukan. Jadi unsur pertama ini merupakan landasan untuk menganalisa
sebelum mengambil keputusan.
Sebagaimana dilakukan
oleh seorang dokter, sebelum melakukan tindakan terhadap pasien, dia telah
lebih dahulu mendiagnosa penyakit pasien, mengamati gejala – gejalanya,
demikian halnya pengambil keputusan mengikuti langkah – langkah awal ini. Artinya
sebelum mengambil keputusan, para pengambil keputusan harus mengenal secara
baik masalah yang dihadapinya, kemudian menentukan keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah itu. Pada tahap ini, ketersediaan sumber – sumber,
kualifikasi pribadi, filsafat yang dianut serta pemahaman yang komprehensif
mengenai masalah merupakan pendukung yang sangat penting untuk pengambilan
keputusan yang berbobot. Adalah tidak bijak jika seseorang mengambil keputusan
tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya.
II.
Tujuan keputusan
Keputusan yang baik
adalah keputusan yang mengakomodir semua pihak yang terkait dengannya, atau
minimal memperkecil resiko kbagi pihak yang terkena keputusan. Dengan kata
lain, kuantitas utilitas dan kuantitas subjek harus harus diperhatikan dalam
pengambil keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang membawa manfaat
yang terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Kalau keputusan hanya mementingkan
pribadi dan merugikan banyak orang, maka keputusan itu buruk secara etis. Jadi,
dalam tujuan, prinsip etika utilitarisme perlu menjadi bagian pertimbangan
dalam mengambil keputusan.
III.
Komitmen pada nilai –
nilai dasar
Keputusan etis harus
mengukuhkan nilai – nilai dasar kemanusiaan, yakni martabat manusia kaum
profesional dan semua pihak yang terlibat dan merasakan dampak keputusan. Untuk
itu keputusan etis dibuat demi mewujudkan rasa hormat pada martabat manusia dan
menjamin hak – hak dasar manusia.
IV.
Kualitas pribadi
Sebagaimana ditekankan
oleh Aristoteles, hidup yang bermakna merupakan tujuan tertinggi dari hidup
manusia. Dalam mencapai tujuan itu setiap orang perlu membedakan mana yang
sejalan dengan makna hidup, dan mana yang tidak. Dalam pengambilan keputusan,
tidak saja nilai sebuah perbuatan atau tujuannya perlu diperhatikan, melainkan
juga kualitas pribadi pengambil keputusan. Dalam hal ini integritas,
keberanian, otonomi dan penguasaan diri memberi bobot pada proses pengambilan
keputusan.
V.
Keputusan harus dilakukan
dengan perencanaan dan analisa yang mendalam
Keputusan yang baik
secara etis adalah hasil pertimbangan matang. Pengambilan keputusan yang
tergesa – gesa, dadakan dan seramoangan membuat kualitas keputusan kurang
bermutu, dan resikonya cukup besar. Dari segi etis, nilai keputusan seperti ini
buruk.
VI.
Pengambilan keputusan
mengacu pada fakta
Pemecahan masalah harus
berdasarkan kriteria objektif. Dalam kaitan dengan itu, kelengkapan data sangat
diperlukan. Untuk memberi kesimpulan rasional dan penalaran yang memadai
sebagaimana ditegaskan oleh Richard Paul dan Linda Elder, fakta, data, dan
pengalaman merupakan dasar penting. Tanpa beberapa hal ini keputusan yang
bermutu tidak akan bisa dihasilkan. Bagi seorang akuntan data menjadi dasar
untuk memberikan penilaian terhadap objek material dalam tugasnya.
3. Jelaskan
bagaimana kedudukan dan peranan suara hati dalam pengambilan keputusan etis!
Jawab:
Dalam
keputusan etis suara hati mempunyai peranan yang sangat mendasar, bahkan
menjadi penentu mutu keputusan. Menurut Franz Magnis Suseno, suara hati
merupakan kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia
dalam situasi konkret akan baik buruknya tindakan saya berdasarkan hukum moral.
Dalam pengertian ini suara hati mmepunyai peranan yang vital peranan itu
meliputi tiga hal berikut.
I.
Pusat kemandirian
Sebagai pusat
kemandirian, suara hati membuat kita tidak menjadi pembeo, melainkan orang
bebas dan berpendirian. Dengan suara hati kita memutuskan sendiri apa yang
paling baik dalam hidup kita. Kita tidak mudah terpengaruh kalau teguh
berpegang pada suara hati.
II.
Lambang martabat manusia
Suara hati melekat dalam
diri setiap orang. Ia tidak bisa digantikan oleh instalasi manapun. Karena
peran esensial suara hati ini merupakan
perwujudan martabat manusia. Nilai kemanusiaan kita ditentukan sejauh mana
suara hati menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Secara negatif dapat
dikatakan, ketika kita tidak mengikutinya, maka kita telah kehilangan martabat
kemanusiaan.
III.
Konsientisasi nilai
tindakan dan posisi
Suara hati menyadarkan
seseorang akan apa yang menjadi moralnya dalam situasi konkret. Dalam situasi
demikian, suara hati memberi penilaian mana yang baik dan mana yang buruk.
Selain itu suara hati membuka mata kita bahwa posisi, status sosial, atau
kedudukan dalam pekerjaan tidak menjadi penentu benar salahnya suatu perkataan,
aturan, atau perbuatan. Kalau kewajiban untuk menjalankan aturan atau kode etik
profesi disertai dengan ketidakjujuran dan kejahatan, malah suara hati lebih
memilih berkonflik. Suara hati juga
memberi kesadaran bahwa pandangan mayoritas tidak bisa dengan sendirinya
dijadikan sebagai ukuran kebenaran, kalau pandangan itu bertentangan dengan
norma moral. Suara hati justru akan menentang hal – hal yang tak sesuai dengan
norma – norma kesusilaan, kendati kebanyakan orang mungkin menyetujuinya.
4. Uraikan
hal – hal yang perlu diperhatikan pada momen sebelum mengambil keputusan!
Jawab:
Agar
sebuah keputusan bermutu, kita perlu memperhatikan momen – monennya. Momen itu
merupakan tahapan atau langkah – langkah yang harus diikuti.
Momen
sebelum mengambil keputusan merupakan masa persiapan. Namun momen ini sangat
menentukan kualitas keputusan. Kalau keputusan dipersiapkan dengan baik, maka
hasilnya juga akan baik. Karena itu, pada momen ini sikap tergesa – gesa, tanpa
pertimbangan serta emosional perlu dihindari.
Dalam
momen ini, sebagaimana ditegaskan oleh Franz Magnis Suseno, rasionalitas
kesadaran moral harus memainkan peranan. Hal ini terlihat dalam beberapa hal
berikut.
I.
Sikap terbuka
Menurut Magnis, orang
yang terbuka berarti membiarkan pendapatnya untuk dipersoalkan. Artinya,
sebelum mengambil keputusan sikap ngotot atau mengaggap diri paling benar harus
dihindari. Tidak jarang sebelum mengambil keputusan kita sudah mempunyai
pandangan sendiri. Ini harus ditinggalkan sebab menurut Richard Paul dan Linda
Elder egosentris dapat menjadi penghambat bagi pengambilan keputusan yang
tepat, karena pandangan pribadi kadang – kadang kurang memadai. Karena itulah
dibutuhkan keterbukaan kepada orang lain. Sikap keterbukaan diungkapkan dengan
salah satunya bersedia berdialog dengan orang lain demi kemajuan.
II.
Mencari semua informasi
yang diperlukan
Sebagaimana sudah
disebutkan di atas, pengetahuan sangat penting dalam pengambilan keputusan.
Pengetahuan yang memadai akan memberikan bobot yang lebih pada sebuah
keputusan. Untuk itulah kita harus mencari sebanyak – banyaknya informasi dari
luar. Argumen pro dan kontra yang kita dapatkam sangat membantu untuk
menghasilkan keputusan yang berkualitas. Dengan adanya pro dan kontra kita
mendapatkan informasi yang jernih, yang menjadi dasar dalam mengambil
keputusan.
5. Sebutkan
langkah – langkah pengambilan keputusan etis!
Jawab:
Dari
ketiga momen di atas, kita dapat meringkas langkah – langkah sebuah keputusan
etis. Bagi akuntan, ada tujuh langkah sebagamana digariskan oleh American Accounting Association pada
tahun 1993 yang dikutip oleh Leonard J. Brooks dan Paul Dunn.
I.
Menentukan fakta
Fakta ini berisikan pokok
persoalan, subjek yang terlibat, tempat atau lokasi, waktu serta strategi atau
cara – cara yang diperlukan di dalamnya.
II.
Menetapkan isu etis
Di sini kita perlu mengidentifikasi
isu apa yang muncul. Identifikasi isu ini sangat membantu untuk membuat
keputusan yang tepat atas persoalan.
III.
Mengidentifikasi prinsip
– prinsip utama, aturan, dan nilai – nilai
Dalam isu yang kita
temukan, prinsip etika mana yang terkait, aturan mana yang digunakan atau dilanggar
di dalamnya, serta nilai – nilai mana yang dilanggar.
IV.
Mencari cara alternatif
penyelesaian atas masalah
Artinya dalam pengambilan
keputusan kita memberikan rencana A atau B dengan menentukan plus minus masing
– masing plan.
V.
Membuat perbandingan nilai
dan alternatif serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas
Di sini kita perlu
membuat komparasi nilai – nilai yang terlibat, memberikan alternatif pemecahan.
VI.
Menilai konsekuensi
Sebelum mengambil
keputusan perlu diidentifikasi akibat – akibat yang akan muncul. Akibat itu
bisa dari dua sisi, yakni akibat negatif dan akibat positif.
VII.
Membuat keputusan
Tentu keputusan yang
harus diambil adalah keputusan yang mempunyai akibat positif yang paling
banyak.
Secara
skematis langkah – langkah pemngambilan keputusan etis dapat dilihat pada
figura di bawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar