Senin, 02 Januari 2017

Etika Bisnis Bab IX



Nama                          : Maria Gabriela
NIM                            : 2013-012-459
Studi                           : Etika Bisnis Sie C
Kode Mata Kuliah    : ECA 409
Tugas V                     : Menjawab Soal Akhir Bab IX

1.      Sebutkan pengertian dari keputusan etis!
Jawab:
Keputusan etis adalah penelusuran masalah etis yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga terbentuknya sebuah keputusan yang didasarkan pertimbangan nilai – nilai etis.
Keputusan etis berbeda dengan keputusan pada umumnya. Perbedaannya terletak pada esensi dan nilai yang termuat di dalamnya. Konkretnya, esensi keputusan etis adalah nilai – nilai moral. Ini berarti keputusan bisa disebut etis kalau yang menjadi dasar keputusan adalah nilai – nilai etis. Guna membedakan mana keputusan etis dan mana yang tidak mari kita lihat contoh berikut. Jika seseorang memutuskan makan bakso dan tidak makan mie goreng, maka keputusan ini bukan keputusan etis. Tetapi kalau yang bersangkutan menolak perintah atasan untuk membuat laporan pemdapatan fiktif demi menghindari pembayaran pajak pada negara, keputusan ini termasuk keputusan etis. Di sini penolakan karyawan terhadap perintah atasan berkaitan dengan nilai etis, yakni kejujuran.
Karena itu keputusan etis bukan pertama – tama masalah prosedur, melainkan masalah esensial. Keputusan yang sesuai dengan prosedur tidak secara otomatis sudah merupakan keputusan etis. Jurgen Habermas memang mengatakan prosedur perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, akan tetapi dalam prosedur itu nilai – nilai mendasar, yang diistilahkannya dengan rasionalitas, jauh lebih penting. Artinya, keputusan etis membutuhkan pertimbangan yang matang.
Kendati demikian keputusan etis tidak boleh mengabaikan prosedur. Sejauh prosedur itu mengandung nilai etis, prosedur itu harus dilalui dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain, kualitas prosedur juga harus etis agar keputusan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Tetapi kalau prosedurnya bertentangan dengan nilai – nilai moral, maka keputusan yang diambil justru bermasalah secara etis. Jadi suatu keputusan dianggap etis, jika proses dan hasilnya sesuai dengan standar etis.

2.      Mana sajakah unsur – unsur pengambilan keputusan etis?
Jawab:
Secara umum, ada enam unsur keputusan, antara lain:
                                I.            Pengetahuan yang luas tentang masalah
Dalam mengambil keputusan, mengetahui masalah secara tepat adalah langkah awal. Pengetahuan yang benar tentang masalah akan akan mempermudah seseorang untuk mengambil keputusan. Pengenalan masalah menjadi dasar untuk menentukan keputusan apa yang harus dilakukan. Jadi unsur pertama ini merupakan landasan untuk menganalisa sebelum mengambil keputusan.
Sebagaimana dilakukan oleh seorang dokter, sebelum melakukan tindakan terhadap pasien, dia telah lebih dahulu mendiagnosa penyakit pasien, mengamati gejala – gejalanya, demikian halnya pengambil keputusan mengikuti langkah – langkah awal ini. Artinya sebelum mengambil keputusan, para pengambil keputusan harus mengenal secara baik masalah yang dihadapinya, kemudian menentukan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah itu. Pada tahap ini, ketersediaan sumber – sumber, kualifikasi pribadi, filsafat yang dianut serta pemahaman yang komprehensif mengenai masalah merupakan pendukung yang sangat penting untuk pengambilan keputusan yang berbobot. Adalah tidak bijak jika seseorang mengambil keputusan tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya.

                             II.            Tujuan keputusan
Keputusan yang baik adalah keputusan yang mengakomodir semua pihak yang terkait dengannya, atau minimal memperkecil resiko kbagi pihak yang terkena keputusan. Dengan kata lain, kuantitas utilitas dan kuantitas subjek harus harus diperhatikan dalam pengambil keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang membawa manfaat yang terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Kalau keputusan hanya mementingkan pribadi dan merugikan banyak orang, maka keputusan itu buruk secara etis. Jadi, dalam tujuan, prinsip etika utilitarisme perlu menjadi bagian pertimbangan dalam mengambil keputusan.


                          III.            Komitmen pada nilai – nilai dasar
Keputusan etis harus mengukuhkan nilai – nilai dasar kemanusiaan, yakni martabat manusia kaum profesional dan semua pihak yang terlibat dan merasakan dampak keputusan. Untuk itu keputusan etis dibuat demi mewujudkan rasa hormat pada martabat manusia dan menjamin hak – hak dasar manusia.

                          IV.            Kualitas pribadi
Sebagaimana ditekankan oleh Aristoteles, hidup yang bermakna merupakan tujuan tertinggi dari hidup manusia. Dalam mencapai tujuan itu setiap orang perlu membedakan mana yang sejalan dengan makna hidup, dan mana yang tidak. Dalam pengambilan keputusan, tidak saja nilai sebuah perbuatan atau tujuannya perlu diperhatikan, melainkan juga kualitas pribadi pengambil keputusan. Dalam hal ini integritas, keberanian, otonomi dan penguasaan diri memberi bobot pada proses pengambilan keputusan.

                            V.            Keputusan harus dilakukan dengan perencanaan dan analisa yang mendalam
Keputusan yang baik secara etis adalah hasil pertimbangan matang. Pengambilan keputusan yang tergesa – gesa, dadakan dan seramoangan membuat kualitas keputusan kurang bermutu, dan resikonya cukup besar. Dari segi etis, nilai keputusan seperti ini buruk.

                          VI.            Pengambilan keputusan mengacu pada fakta
Pemecahan masalah harus berdasarkan kriteria objektif. Dalam kaitan dengan itu, kelengkapan data sangat diperlukan. Untuk memberi kesimpulan rasional dan penalaran yang memadai sebagaimana ditegaskan oleh Richard Paul dan Linda Elder, fakta, data, dan pengalaman merupakan dasar penting. Tanpa beberapa hal ini keputusan yang bermutu tidak akan bisa dihasilkan. Bagi seorang akuntan data menjadi dasar untuk memberikan penilaian terhadap objek material dalam tugasnya.



3.      Jelaskan bagaimana kedudukan dan peranan suara hati dalam pengambilan keputusan etis!
Jawab:
Dalam keputusan etis suara hati mempunyai peranan yang sangat mendasar, bahkan menjadi penentu mutu keputusan. Menurut Franz Magnis Suseno, suara hati merupakan kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia dalam situasi konkret akan baik buruknya tindakan saya berdasarkan hukum moral. Dalam pengertian ini suara hati mmepunyai peranan yang vital peranan itu meliputi tiga hal berikut.
I.                    Pusat kemandirian
Sebagai pusat kemandirian, suara hati membuat kita tidak menjadi pembeo, melainkan orang bebas dan berpendirian. Dengan suara hati kita memutuskan sendiri apa yang paling baik dalam hidup kita. Kita tidak mudah terpengaruh kalau teguh berpegang pada suara hati.

II.                 Lambang martabat manusia
Suara hati melekat dalam diri setiap orang. Ia tidak bisa digantikan oleh instalasi manapun. Karena peran esensial suara hati ini  merupakan perwujudan martabat manusia. Nilai kemanusiaan kita ditentukan sejauh mana suara hati menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Secara negatif dapat dikatakan, ketika kita tidak mengikutinya, maka kita telah kehilangan martabat kemanusiaan.

III.              Konsientisasi nilai tindakan dan posisi
Suara hati menyadarkan seseorang akan apa yang menjadi moralnya dalam situasi konkret. Dalam situasi demikian, suara hati memberi penilaian mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu suara hati membuka mata kita bahwa posisi, status sosial, atau kedudukan dalam pekerjaan tidak menjadi penentu benar salahnya suatu perkataan, aturan, atau perbuatan. Kalau kewajiban untuk menjalankan aturan atau kode etik profesi disertai dengan ketidakjujuran dan kejahatan, malah suara hati lebih memilih berkonflik.  Suara hati juga memberi kesadaran bahwa pandangan mayoritas tidak bisa dengan sendirinya dijadikan sebagai ukuran kebenaran, kalau pandangan itu bertentangan dengan norma moral. Suara hati justru akan menentang hal – hal yang tak sesuai dengan norma – norma kesusilaan, kendati kebanyakan orang mungkin menyetujuinya.

4.      Uraikan hal – hal yang perlu diperhatikan pada momen sebelum mengambil keputusan!
Jawab:
Agar sebuah keputusan bermutu, kita perlu memperhatikan momen – monennya. Momen itu merupakan tahapan atau langkah – langkah yang harus diikuti.
Momen sebelum mengambil keputusan merupakan masa persiapan. Namun momen ini sangat menentukan kualitas keputusan. Kalau keputusan dipersiapkan dengan baik, maka hasilnya juga akan baik. Karena itu, pada momen ini sikap tergesa – gesa, tanpa pertimbangan serta emosional perlu dihindari.
Dalam momen ini, sebagaimana ditegaskan oleh Franz Magnis Suseno, rasionalitas kesadaran moral harus memainkan peranan. Hal ini terlihat dalam beberapa hal berikut.
I.                    Sikap terbuka
Menurut Magnis, orang yang terbuka berarti membiarkan pendapatnya untuk dipersoalkan. Artinya, sebelum mengambil keputusan sikap ngotot atau mengaggap diri paling benar harus dihindari. Tidak jarang sebelum mengambil keputusan kita sudah mempunyai pandangan sendiri. Ini harus ditinggalkan sebab menurut Richard Paul dan Linda Elder egosentris dapat menjadi penghambat bagi pengambilan keputusan yang tepat, karena pandangan pribadi kadang – kadang kurang memadai. Karena itulah dibutuhkan keterbukaan kepada orang lain. Sikap keterbukaan diungkapkan dengan salah satunya bersedia berdialog dengan orang lain demi kemajuan.

II.                 Mencari semua informasi yang diperlukan
Sebagaimana sudah disebutkan di atas, pengetahuan sangat penting dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan yang memadai akan memberikan bobot yang lebih pada sebuah keputusan. Untuk itulah kita harus mencari sebanyak – banyaknya informasi dari luar. Argumen pro dan kontra yang kita dapatkam sangat membantu untuk menghasilkan keputusan yang berkualitas. Dengan adanya pro dan kontra kita mendapatkan informasi yang jernih, yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan.
5.      Sebutkan langkah – langkah pengambilan keputusan etis!
Jawab:
Dari ketiga momen di atas, kita dapat meringkas langkah – langkah sebuah keputusan etis. Bagi akuntan, ada tujuh langkah sebagamana digariskan oleh American Accounting Association pada tahun 1993 yang dikutip oleh Leonard J. Brooks dan Paul Dunn.
I.                    Menentukan fakta
Fakta ini berisikan pokok persoalan, subjek yang terlibat, tempat atau lokasi, waktu serta strategi atau cara – cara yang diperlukan di dalamnya.
II.                 Menetapkan isu etis
Di sini kita perlu mengidentifikasi isu apa yang muncul. Identifikasi isu ini sangat membantu untuk membuat keputusan yang tepat atas persoalan.
III.              Mengidentifikasi prinsip – prinsip utama, aturan, dan nilai – nilai
Dalam isu yang kita temukan, prinsip etika mana yang terkait, aturan mana yang digunakan atau dilanggar di dalamnya, serta nilai – nilai mana yang dilanggar.
IV.              Mencari cara alternatif penyelesaian atas masalah
Artinya dalam pengambilan keputusan kita memberikan rencana A atau B dengan menentukan plus minus masing – masing plan.
V.                Membuat perbandingan nilai dan alternatif serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas
Di sini kita perlu membuat komparasi nilai – nilai yang terlibat, memberikan alternatif pemecahan.
VI.              Menilai konsekuensi
Sebelum mengambil keputusan perlu diidentifikasi akibat – akibat yang akan muncul. Akibat itu bisa dari dua sisi, yakni akibat negatif dan akibat positif.
VII.           Membuat keputusan
Tentu keputusan yang harus diambil adalah keputusan yang mempunyai akibat positif yang paling banyak.




Secara skematis langkah – langkah pemngambilan keputusan etis dapat dilihat pada figura di bawah ini.


















Rectangle: Rounded Corners: Alternatif yang lebih baik







Rectangle: Rounded Corners: Identifikasi fakta




Rectangle: Rounded Corners: Analisa etika
Peringkatkan: interes menurun tingkat kepentingannya.
Terapkan: kerangka kerja komprehensif EDM menggunakan sebuah pendekatan filosofis : konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebijakan/dan atau penilaian dampak pemangku kepentingan ditambah analisa gap motivasi, kebajikan, dan sifat karakter.






Rectangle: Rounded Corners: Identifikasi pemangku kepentingan dan masalah – masalah etis.





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar